Proses berpikir manusia untuk
menghubungkan hubungan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
kesimpulan disebut penalaran. Dalam karangan penalaran berarti penggunaan
pikiran untuk suatu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan
penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat.
Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh
karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar
hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
Penalaran yang baik berarti ketepatan pengorganisasian
dan penyajian semua gagasan. Segala pernyataan benar-benar kuat dan dapat
dipertanggung jawabkan, tanpaa meragukan pembaca. Alasan-alasan yang
dikemukakan merupakan hal yang dapat diterima. Ada dua macam penalaran yang
biasa dilakukan dalam menarik suatu kesimpulan, yakni penalaran induksi dan penalaran
deduksi
A.
PENALARAN INDUKSI
Dalam penalaran induksi/induktif kita mulai dengan menyebutkan peristiwa
atau keterangan atau data yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan umum yang
mencakup semua peristiwa khusus itu. Ada
tiga jenis penalaran induksi :
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran
yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untuk diambil kesimpulan yang
bersifat umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua
atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri
esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan
dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh:
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
2.
Analogi
Analogi adalah penalaran yang
membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sifat.
Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada
persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang/hal
lainnya. Contoh:
Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan
mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin
yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui.
Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan
mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran,
dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya
dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya.
Penalaran
secara analogi memiliki peluang untuk salah apabila kita beranggapan bahwa
persamaan satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi-segi yang
lain.
3.
Hubungan Sebab Akibat
Hubungan sebab akibat dimulai dari
beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan menghubungkan
fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita
sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita
sampai kepada akibat fakta itu. Penalaran induksi sebab akibat dibedakan
menjadi 3 macam:
a. Hubungan
sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal
yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat. Contoh
penalaran hubungan sebab akibat:
Belajar menurut pandangan tradisional adalah usaha
untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” mendapat tekanan yang
penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam kehidupan manusia.
Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat
kekuasaan.
b. Hubungan
akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal
yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh penalaran hubungan akibat
sebab:
Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat
kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam perkelahian-perkelahian biasa,
tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam. Remaja yang telah kecanduan
obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini
disebabkan kurangnya perhatian dari orang tua, pengaruh masyarakat, dan
pengaruh televisi dan film yang cukup besar.
c. Hubungan
sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat.
Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua
menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya. Contoh penalaran
hubungan sebab – akibat 1 – akibat
2:
Setiap
menjelang lebaran arus mudik sangat ramai. Seminggu sebelum lebaran jalanan
sudah dipenuhi kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang mengangkut
penumpang yang akan pulang ke daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan
tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut.
Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih
dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi. Keadaan
tersebut pada akhirnya akan menghambat perjalanan.
B. PENALARAN DEDUKSI
Penalaran deduksi
disebut juga penalaran dari khusus ke umum adalah proses penarikan kesimpulan
(konklusi) dari suatu preposisi(pernyataan) umum, dimana kesimpulan yang dapat
diambil terletak pada awal suatu paragraf. Kesimpulan yang dapat diambil
terletak pada awal paragraf, kemudian diikuti pernyataan-pernyataan umum
setelah kalimat utama tersebut. Proses Penarikan kesimpulan seringkali disebut
silogisme. Jenis-Jenis Penalaran Deduksi :
1.
Silogisme
Kategorial
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan katagorik. Contoh:
Semua
korusi tidak disenangi. Sebagian pejabat korusi. Maka; Sebagian pejabat tidak
disenangi.
2.
Silogisme
Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah silogisme pengutaraan sesuatu yang
dianggap benar dan kebenarannya sudah dapat dibuktikan. Contoh:
Saat
ini hujan turun, untuk berangkat kekantor saya menggunakan angkutan saja, tidak
membawa motor.
3.
Silogisme
Alternatif
Silogisme dimana proposisi mengutarakan alternatif-alternatif
yang ada. Contoh:
Jika
ingin pergi ke Blok-M dapat menggunakan Bus Way atau menggunakan kendaraan
pribadi.
Sumber
Referensi:
1. Kamus Bahasa Indonesia : http://kamusbahasaindonesia.org.
2.
Sri S , Drs Sukardi. Bahasa Indonesia 3, SMA
Kelas XII. 2008.
Postingan Ini ditunjukan untuk Dosen Pembimbing Mata Kuliah Bahasa Indonesia2
0 comments:
Post a Comment